Malam ini, tiba-tiba saja terlintas sebuah pikiran aneh di
benak gue. Hehehe. Kali ini, tentang diet yang kurang lebih sudah dua bulan gue
jalani, meskipun belum ada efek yang berarti –yang ada malah berat badan terus
naik :p-. Diet ini, gue rasa erat kaitannya dengan perjalanan asmara gue.
Hahaha!
Awal mula gue diet, mulai gue masuk SMK di Jawa. Jelas
banget sebelumnya, yaitu saat gue SMP, gue nggak pernah diet. Boro-boro diet,
pake bedak ke sekolah aja males banget. Badan gue juga bisa dibilang sangat
tidak bagus di masa itu. Iyuh. Pokoknya yang namanya mikirin penampilan tuh
ogah banget deh. Menurut gue, asal seragam gue rapi atau pakaian yang gue
kenakan sopan, no matter what ya gue
asal jalan aja. Terbukti pas SMP penampilan gue cenderung cupu nan ndeso haha.
Namun menginjak masuk SMK, perlahan-lahan gue mulai berubah.
Mungkin juga karena gue yang dari kota Jakarta, males banget harus kalah
apalagi soal penampilan sama rakyat Jawa yang udik –hehe-. Alhasil gue mulai
berkenalan dengan yang namanya pelembab, bedak, lip balm, lip gloss,
parfum, deodoran, conditioner, dan
kawan-kawan.
Nggak cuma itu aja sih, gue mulai berkenalan dengan
seperangkat alat permak itu semenjak gue mengenal seorang laki-laki yang gue
suka. Inisialnya Luki. Eh itu bukan inisial yak, wkwk. Ya, sejak gue kenal dia,
gue mulai banget memperhatikan penampilan gue. Yang namanya alat kosmetik itu
nggak pernah gue lupakan. Well, apa
hubungannya dengan diet gue? Ada! Luki ini anaknya cungkring. Kurus deh
pokoknya. Tapi tampangnya… beuh! Cakep! Karena di sekolah gue dulu krisis
laki-laki, khususnya laki-laki keren, automatically
dia langsung jadi primadona. Ditambah lagi dia juga pindahan dari Jakarta, sama
seperti gue. Di awal persekolahan –apa sih-, dia selalu naik sepeda onthel. Itu
lho, sepeda jadul yang di belakangnya ada boncengan yang kalo didudukin lebih
dari tiga puluh menit dijamin p***a* sakit nan pegel. Usut punya usut, dia juga
suka sama gue. Temen-temen sering banget ngecengin gue sama dia. Sampai suatu
kali Luki ngajakin gue bareng boncengan di sepedanya. Gue mau bangeeeeett!!
Tapi… gue kurang pede, berat badan gue waktu itu positif 50 kg. Gue nggak tega
ngebiarin dia membonceng gue dengan badannya yang tulang-kulit dan sepedanya
yang sering kempes. Sumpah gue nggak tega T^T alhasil mulai saat itu, gue
putuskan untuk memperketat diet gue. Meskipun bisa dibilang cukup berhasil
karena banyak saudara yang bilang gue tambah kurus dan cantik di saat itu, tapi
gue masih belum pede dibonceng Luki. Sejak saat itu, no meaningful improvement between us. Gue dan dia nggak pernah
jadian, dan kami pun bisa dibilang hampir lost
contact karena suatu kesalahpahaman yang tak diinginkan. Gue berlanjut
dengan kisah diet gue….
Setelah Luki, gue masuk kuliah. Di masa ini, gue mulai
sebodo amat sama diet gue. Makan mulai seenaknya. Mungkin pengaruh tinggal di
rumah sendiri juga, jadi makanan lebih terurus. Saat gue awal kuliah ini lah,
gue bertemu seorang laki-laki, namanya Nazar. Pedekate, gue akhirnya jadian
sama dia. Di sini, gue nggak terlalu diet yang berlebihan seperti saat gue SMK
dulu. Mungkin karena Nazar badannya nggak secungkring Luki, meskipun dia nggak
bisa dibilang gemuk. Tapi cukup buat dibilang gagah, karena dia atlet bulu
tangkis. Nazar juga ngelarang gue buat diet, jadi gue tetap diet tapi nggak
semengerikan pas dulu SMK. Yang ini cukup diet buat jaga berat badan nggak
naik.
Selanjutnya dimulai empat-tiga bulan belakangan ini. FYI,
gue putus dengan Nazar sebelum usia pacaran kami menginjak satu tahun. Hehehe.
Yang ini privasi lah kenapa putusnya ;) Lanjut. Empat-tiga bulan belakangan ini
gue mengenal seorang pria bernama Jaka. Jaka tuh kuruuuuuuuuuuuuuuuuussss banget.
Cungkriiiiiiiiiiiing banget. Lebih kurus dari Luki, I guess. Tapi herannya dia kuat lhooo. Pernah dia bantu gue
ngangkat boks yang isinya botol-botol soda yang beratnya super banget, dan
nggak gue sangka dia yang sekurus itu bisa kuat ngangkatnya. Dia juga kuat naik
gunung, nemenin gue yang baru naik 5 hm aja udah ngos-ngosan. Dia selalu
menyemangati gue. Dia juga sabar dan nggak pernah marah sama gue. Benar-benar
nggak pernah marah. Beneran! Nggak pernah sama sekali! Secemburu apa pun dia
sama gue, sesebal apa pun dia sama gue, nggak pernah sekali pun yang namanya
kasar sama gue. Dia juga nggak berani nyentuh gue. Pernah sekali dia nyentuh
pipi gue pakai ujung jarinya, dan setelah itu dia langsung menyesal, minta
maaf, dan janji nggak akan ngulang lagi. Ya Allah gue tersentuh banget T^T Baru
kali ini ada cowok yang dekat sama gue dan modelnya kaya dia. He’s real something and real steals my heart.
Sejak saat kenal dan dekat dia, meskipun dia nggak naik onthel, gue tetap
mencoba lagi diet ketat –mencoba, karena cukup sulit melakukannya lagi T^T- And
FYI, gue juga nggak pacaran sama dia, hehehe karena sejak pertama dia nyatain
perasaannya ke gue, gue udah komitmen dan bilang kalau gue nggak mau pacaran.
Dia pun setuju. Sebenernya gue juga bingung, gue saat ini sedang berada di what kind or situation of relationship with
him? Karena terlalu dekat to just be
friends, but not too strict nor close to be lovers.
Well, that’s it.
Jadi, dari curcol gue di atas, bisa ditarik kesimpulan kalau gue –atau mungkin
cewek pada umumnya- akan berdiet atau memperketat diet mereka saat laki-laki
yang dia sukai lebih kurus dari dia. Bermakna banget yaaa hehehe. At least I am able to write it all down
here, and it does not just fade away. Hehehe. Annyeong!
No comments:
Post a Comment