Wednesday, October 23, 2013

Best Friend To Mat :D

Moshi moshi~ Hemm sudah lama rasanya tidak bercengkrama dengan laptop tercinta untuk menumpahkan pikiran-pikiran gue yang semakin absurd, gara-gara akhir-akhir ini agak sibuk dengan tugas-tugas dan acara yang menumpuk ._. ditambah lagi kalau masih harus meluangkan waktu untuk sakit segala. Hiks. Doain aku cepat sembuh yaa~ :*
Malam ini rasanya ingin bercerita tentang arti dan makna seorang teman, atau sahabat, untuk gue. Pertama kali membaca tulisan senior gue: Teman yang baik, rasanya gue percaya dan gue merasa, wah sama banget nih dengan makna teman untuk gue! Tapi, setelah menjalani saat-saat sulit beberapa hari belakangan ini, gue menyadari bahwa tidak semua sahabat memiliki cara yang sama untuk menjadi seorang teman terbaik di mata kita.
Tanpa kita sadari, kita tidak hanya memiliki seorang sahabat, hanya karena hanya ada satu orang manusia yang selalu dekat dengan kita dan mampu membantu kita menyelesaikan masalah-masalah kita.
Sebelumnya, apa sih definisi sahabat itu sendiri untuk kita?
Kalau buat gue pribadi, sahabat itu lebih dari sekedar tempat mencurahkan isi hati dan mempercayai rahasia-rahasia kita kepadanya. Lebih, sangat lebih.

¯  Menasihati
Kriteria ini cukup cocok untuk hampir semua sahabat gue. Entah karena apa, tapi memang gue sering sekali dinasehati oleh mereka. Mungkin karena factor umur juga, hehe. Tetapi bukan berarti gue nggak bisa menasehati mereka balik, lho :P
Misalnya saat ada seorang cowok (K) yang secara terang-terangan pedekate dengan gue. Beberapa dari mereka akan bilang, “diemin aja Mut”, atau “jangan ditanggepin”. Atau yang lebih ekstrim, “lu jangan PHP. Kalau nggak suka yasudah bilang, jangan dikasih harapan.” Jleb nggak tuh?

¯  Membimbing
Nah, ini nih. Nasihat itu tidak berguna tanpa adanya bimbingan. Coba saja kalau kalian bilang ke anak kecil, “nak, jangan makan es krim x nanti kamu batuk.” Tapi tidak ada action berarti seperti larangan atau hukuman, maka belum tentu si anak akan nurut, kan?
Sama halnya seperti gue (meskipun gue sudah bukan anak kecil yang harus dihukum). Salah satu sahabat gue, saking nggak maunya gue didekati si K, akhirnya uring-uringan sendiri setiap kali teman gue (M) mendekati gue. Doi sibuk aja narik-narik tangan gue setiap kali si M nyamperin, padahal niatnya cuma mau minta bantuan ke gue, baik buat mecahin soal Psikotest atau difotoin.
Awalnya gue bingung, kenapa sahabat gue ini nafsu banget ngejauhin gue dari si M? Padahal dia nggak ngapa-ngapain gue? Selidik punya selidik, sahabat gue yang satu ini salah mengira M sebagai K. Hahaa ada-ada saja :P

¯  Mengingatkan dan Menyelamatkan
Yeps, sebagai sahabat memang sudah seharusnya kita saling mengingatkan. Gue nggak butuh seorang sahabat yang selalu menemani gue ke mana pun gue pergi walaupun memang terkadang gue selalu meminta mereka untuk menemani gue beli makan siang, wifi-an, atau pun shalat. Tetapi, istilahnya, gue nggak mau mereka menemani gue masuk ke dalam jurang.
Saat gue akan masuk ke dalam jurang, meskipun gue memohon mereka untuk ikut bersama gue, dalam hati gue tetap nggak mau mereka masuk menemani gue. Bukan berarti juga gue mau dibiarkan sendirian masuk ke sana. Tidak! Tetapi, yang pastinya kita inginkan ialah adanya seseorang yang mampu mengingatkan, membimbing, dan menyelamatkan kita menjauh dari jurang tersebut.
Sahabat gue yang gue ceritakan di atas suatu kali pernah berkata, “kamu butuh seseorang yang mampu memimpin kamu dan membimbing kamu dengan serius. Dan cowok-cowok yang pernah berpacaran dengan kamu itu tidak mampu melakukannya.” Mendengar ini gue teringat dengan seorang senior yang sudah lama gue kagumi dengan prestasi dan kharismanya. Dalam hati iseng saja tercetus keinginan bahwa dialah orang yang akan mampu. Hahaa.
Sahabat gue ini juga berkata, “kalau kamu mau dengan senior itu, kamu harus memantaskan diri.” Benar memang perkataannya. Bohong kalau ada orang bilang suka atau cinta tidak harus memiliki. Coba, saat kalian melihat sebuah laptop anyar yang fitur-fiturnya memukau, lalu kalian merasa suka dan tertarik dengan laptop itu. Pastinya kalian akan berusaha menabung atau bekerja untuk mendapatkannya sebelum didahului orang lain, kan? Kira-kira seperti itulah analoginya.

And so on, and so on, masih ada sangat banyak sekali hal-hal yang noticeable banget dari sahabat-sahabat gue. Tapi gue takut kalau gue tulisin di sini bakalan jadi cerita yang sangat amat sangat panjang nantinya. Hehehe.
Intinya, menurut gue, siapa lu dan orang seperti apa lu itu tercermin dari orang-orang yang bisa menjadi sahabat lu. Dari orang-orang yang bisa membuat lu nyaman. Dalam hal ini, pacar dan orang tua belum tentu masuk kriteria, karena masih ada beberapa kemungkinan lain yang membuat kalian menjadikan mereka pacar kalian, tidak hanya dalam hal kenyamanan. Juga kalian tidak bisa memilih seperti apa orang tua yang mampu membuat kalian nyaman. Iya, kan? :)
Satu lagi kriteria sahabat yang paling pas buat gue: bagaimana pun marahnya gue ke mereka, kecewanya gue, ngambeknya gue, akan ada saat yang pas bagi gue untuk dengan ikhlas memaafkan mereka, meskipun membutuhkan waktu. Tapi dengan waktu itu justru mampu mengobati luka hati dengan sempurna. Dan selama apa pun gue marah dan ngambek dengan mereka, mereka dengan sabar menunggu gue, dan tetap melindungi gue walau dari arah yang tidak bisa gue lihat. Makanya, buat kalian yang setipe ama gue, jangan cepat bersu'udzon (berburuk sangka) dulu yaa sama sahabat kalian, karena siapa tahu yang mereka lakukan itu justru yang terbaik buat kalian. :) | @MutiaRKinasih |

No comments:

Post a Comment