Monday, January 6, 2014

MOments NEver be Vorgotten (MONEV)



Sabtu, 23 November 2013, 21.30 WIB
Ada yang bisa tebak hari apa ini? Hari ulang tahun gue? Salah! Hari ulang tahunnya pak SBY? Salah juga! Hari ulang tahunnya Miss World? Halah nggak penting! Terus, hari apa dong?? Penasaraaan? Yakin penasaran? Hehehe

Hari ini, gue habis ikut Monitoring dan Evaluasi (Monev) III bersama teman-teman dari Forum Studi Islam Khidmatul Ummah (FSI-KU). Acaranya seruuuuuu sekaleeeeeee meskipun agak ngaret juga karena gue dan teman gue –lirik Hima- agak lelet. Sehari sebelum acara, kakak-kakak BPH memang sempat gue tanyai ke mana tujuan kami besok, dan mereka bilang “keliling Jakarta”. Gue sempat mengira kalau mereka belum menentukan tempat tujuan kami esok hari, jadi gue Cuma diam. Tapi ternyataaaaa eng ing eng, benar-benar keliling Jakarta! *lebay*
Hari itu peserta dibagi menjadi dua tim, tim 1 adalah mereka yang datang lebih pagi, sedang tim 2 adalah mereka yang datang siang. Jelas sekali gue masuk ke dalam tim 2. Sebelum berangkat, handphone dan dompet beserta uang kami disita, kecuali sepuluh ribu perak untuk ongkos kami menuju ke tiga pos yang berbeda. Masing-masing tim pun diberikan pengarahan dan berangkat secara terpisah dalam interval waktu 15 menit. Untuk menuju pos 1, clue yang kami dapat adalah “Tunas kelapa di taman”. Mengingat tunas kelapa identik dengan pramuka, maka gue langsung berpikir bahwa kemungkinan pos pertama adalah Taman Pramuka. Masalahnya, kami sama sekali belum pernah mendengar tempat tersebut, apa lagi letak tempatnya. Muncul lah opsi lain seperti Museum Pramuka dan Monas –yang ini memang nggak nyambung- tapi mengingat waktu yang diberi hanya 30 menit, kami rasa tidak mungkin sampai ke tempat sejauh itu. Jadi, kami putuskan bertanya pada beberapa kenalan kami yang saat itu secara kebetulan berpapasan dengan kami di dalam kampus, dan menurut mereka ternyata memang ada Taman Pramuka yang cukup dekat dengan kampus. Dengan keyakinan kami berjalan penuh semangat menuju shelter Transjakarta. Di tengah perjalanan, kami dikejutkan oleh penampakan *?* tim 1 yang sedang berjalan kaki menuju Taman Pramuka. WOW!! Jalan kaki booo, memang tidak terlalu jauh, tapi kalau harus jalan kaki di tengah siang bolong yang mataharinya sedang sumringah, aduh ngebayangin saja nggak kuat.
Sesampainya di pos 1 yang ternyata memang benar di Taman Pramuka, kami datang sebagai kelompok pertama, begitu juga di pos 2 dan 3. Di pos 1 kami diberi kesempatan untuk menebar kebaikan kepada sekitar yang berada di area Taman Pramuka. Setelahnya, kami diberi kesempatan untuk sharing dan bertukar kabar. Saatnya untuk curcoool :D beberapa saat kemudian kami diberi dua gulungan kertas berisi clue mengenai pos 2. Isinya tulisan “W-N-E K-R-M-A-E-T” yang kami artikan sebagai New MarketPasar Baru. Sebagai pemecah clue pertama, kami dipersilakan untuk pergi terlebih dahulu. Dan masalah kembali muncul. Di manakah gerangan Pasar Baru berada?
Setelah bertanya pada beberapa orang, ternyata ada dua Pasar Baru, yaitu Pasar Baru Timur di daerah Ancol, dan Pasar Baru Selatan di daerah Juanda. Karena tidak tahu harus pilih yang mana, gue memutuskan untuk ke Pasar Baru Selatan, dengan pertimbangan salah satu anggota tim pernah ke sana. Saat itu, ternyata tim 2 justru memilih untuk pergi ke Pasar Baru Timur karena mereka memang tidak tahu atau mungkin belum menyadari kalau ada dua Pasar Baru. Dan Alhamdulillah ternyata pilihan tim kami tepat, yeeeee >< !!! Kami sampai di tujuan sebagai kelompok pertama meskipun harus berjalan sedikit lebih jauh karena kesalahan yang gue buat –hehe-
Sesampainya di sana, kami dipersilakan untuk shalat dan mencari kado untuk tukar kado selama 15 menit. Setelahnya, kami diberi clue untuk pos 3, yaitu “Lidah api di seberang Kementrian Komunikasi dan Informasi”. Yah, ini sudah jelas Monas. Yang belum jelas adalah apakah itu di dalam atau di luar? Sempat terjadi sedikit perselisihan *lebay* antara gue dan tim, karena gue bersikeras acara di dalam Monas. Dan ternyata gue memang benar!
Setelah bertemu dengan kakak-kakak semuanya, kami dipersilakan menyanyikan yel-yel dan diberi sambutan dengan permen susu rasa buah dari Jepang –padahal beli di Pasar Baru :p- dan datanglah pada acara yang ditunggu-tungguuuuuuuu: makaaaaaaaannn. Setelah acara yang menguras energy, makan sebungkus berdua pun tetap terasa nikmat :9
Acara pun berlanjut dengan shalat Ashar dan kajian dari Ust. Nadi, salah satu senior alumni Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris yang super militan. Beliau mengingatkan kami sebagai aktivis dakwah untuk lebih serius dan menguatkan hati untuk menjalankan amanah. Bahkan kalau perlu persempit tujuan dakwah, yaitu untuk membuat teman-teman sefakultas mengenakan hijab dan mementoringkan fakultas. Ust. Nadi pun sempat membuat kami meneteskan air mata karena kekurangpekaannya kami terhadap sekitar. Well, that’s the only melancholic moment. Over all, it was pleasant!
Tentunya acara juga diisi dengan evaluasi dari BPH terhadap kinerja staff FSI-KU secara keseluruhan. Dan sebagai penutup, ada acara tukar kado –well, I got a drinking bottle!- yang sangat seruuuuu hehehe. Gue ngasih notes kecil nan unyu buat cewek atau pun cowok. Setelah sesi dokumentasi selesai, saatnya pulaaaaaaaaang.
Ada satu kebetulan yang terjadi di dalam Transjakarta yang gue tumpangi bersama kakak-kakak dan teman-teman lainnya. Saat itu gue duduk di samping ibu muda berumur kisaran 24 tahun dengan satu anak. Ia sempat memandangi kami-kami yang berjilbab tebal dan cukup panjang. Kemudian ia nyeletuk, “saya tadinya juga ingin berjilbab”. Gue langsung menoleh ke si ibu. Beliau tersenyum, kemudian melanjutkan, “tapi suami saya selingkuh dengan seorang wanita berjilbab”. Kemudian mengalirlah cerita itu, tentang kehidupan rumah tangganya, suaminya, anaknya, keluarganya, wanita penghancur rumah tangganya, dll. Gue hanya bisa mendengarkan sambil sesekali menanggapi, tanpa tahu harus bicara apa. Sesekali gue memberi nasihat yang sekiranya tidak terlalu terdengar naif. Dalam hati gue cuma bisa berdoa agar suami si ibu cepat sadar, dan si ibu ditabahkan. Gue juga berdoa agar beliau memantapkan hatinya agar mau berjilbab tanpa perlu “menjilbabi hati” terlebih dahulu. Karena memang hijab bukanlah pertanda keimanan atau akhlak seseorang yang sudah tinggi atau sempurna, tetapi salah satu jalan atau cara bagi kita para perempuan untuk menyempurnakan keimanan kita. Wallahualambissowab :) -by: @MutiaRKinasih

No comments:

Post a Comment