Sabtu, 23 November 2013, 21.30
WIB
Ada yang bisa
tebak hari apa ini? Hari ulang tahun gue? Salah! Hari ulang tahunnya pak SBY?
Salah juga! Hari ulang tahunnya Miss World? Halah nggak penting! Terus, hari
apa dong?? Penasaraaan? Yakin penasaran? Hehehe
Hari ini, gue
habis ikut Monitoring dan Evaluasi (Monev) III bersama teman-teman dari Forum
Studi Islam Khidmatul Ummah (FSI-KU). Acaranya seruuuuuu sekaleeeeeee meskipun
agak ngaret juga karena gue dan teman gue –lirik Hima- agak lelet. Sehari
sebelum acara, kakak-kakak BPH memang sempat gue tanyai ke mana tujuan kami
besok, dan mereka bilang “keliling Jakarta”. Gue sempat mengira kalau mereka
belum menentukan tempat tujuan kami esok hari, jadi gue Cuma diam. Tapi
ternyataaaaa eng ing eng, benar-benar keliling Jakarta! *lebay*
Hari itu peserta
dibagi menjadi dua tim, tim 1 adalah mereka yang datang lebih pagi, sedang tim
2 adalah mereka yang datang siang. Jelas sekali gue masuk ke dalam tim 2.
Sebelum berangkat, handphone dan dompet beserta uang kami disita, kecuali
sepuluh ribu perak untuk ongkos kami menuju ke tiga pos yang berbeda. Masing-masing
tim pun diberikan pengarahan dan berangkat secara terpisah dalam interval waktu
15 menit. Untuk menuju pos 1, clue yang kami dapat adalah “Tunas kelapa di
taman”. Mengingat tunas kelapa identik dengan pramuka, maka gue langsung
berpikir bahwa kemungkinan pos pertama adalah Taman Pramuka. Masalahnya, kami
sama sekali belum pernah mendengar tempat tersebut, apa lagi letak tempatnya.
Muncul lah opsi lain seperti Museum Pramuka dan Monas –yang ini memang nggak
nyambung- tapi mengingat waktu yang diberi hanya 30 menit, kami rasa tidak
mungkin sampai ke tempat sejauh itu. Jadi, kami putuskan bertanya pada beberapa
kenalan kami yang saat itu secara kebetulan berpapasan dengan kami di dalam
kampus, dan menurut mereka ternyata memang ada Taman Pramuka yang cukup dekat
dengan kampus. Dengan keyakinan kami berjalan penuh semangat menuju shelter
Transjakarta. Di tengah perjalanan, kami dikejutkan oleh penampakan *?* tim 1
yang sedang berjalan kaki menuju Taman Pramuka. WOW!! Jalan kaki booo, memang
tidak terlalu jauh, tapi kalau harus jalan kaki di tengah siang bolong yang
mataharinya sedang sumringah, aduh ngebayangin saja nggak kuat.
Sesampainya di
pos 1 yang ternyata memang benar di Taman Pramuka, kami datang sebagai kelompok
pertama, begitu juga di pos 2 dan 3. Di pos 1 kami diberi kesempatan untuk
menebar kebaikan kepada sekitar yang berada di area Taman Pramuka. Setelahnya,
kami diberi kesempatan untuk sharing dan bertukar kabar. Saatnya untuk curcoool
:D beberapa saat kemudian kami diberi dua gulungan kertas berisi clue mengenai
pos 2. Isinya tulisan “W-N-E K-R-M-A-E-T” yang kami artikan sebagai New Market—Pasar Baru. Sebagai
pemecah clue pertama, kami dipersilakan untuk pergi terlebih dahulu. Dan
masalah kembali muncul. Di manakah gerangan Pasar Baru berada?
Setelah bertanya
pada beberapa orang, ternyata ada dua Pasar Baru, yaitu Pasar Baru Timur di
daerah Ancol, dan Pasar Baru Selatan di daerah Juanda. Karena tidak tahu harus
pilih yang mana, gue memutuskan untuk ke Pasar Baru Selatan, dengan
pertimbangan salah satu anggota tim pernah ke sana. Saat itu, ternyata tim 2
justru memilih untuk pergi ke Pasar Baru Timur karena mereka memang tidak tahu
atau mungkin belum menyadari kalau ada dua Pasar Baru. Dan Alhamdulillah
ternyata pilihan tim kami tepat, yeeeee >< !!! Kami sampai di tujuan
sebagai kelompok pertama meskipun harus berjalan sedikit lebih jauh karena
kesalahan yang gue buat –hehe-
Sesampainya di
sana, kami dipersilakan untuk shalat dan mencari kado untuk tukar kado selama
15 menit. Setelahnya, kami diberi clue untuk pos 3, yaitu “Lidah api di
seberang Kementrian Komunikasi dan Informasi”. Yah, ini sudah jelas Monas. Yang
belum jelas adalah apakah itu di dalam atau di luar? Sempat terjadi sedikit
perselisihan *lebay* antara gue dan tim, karena gue bersikeras acara di dalam
Monas. Dan ternyata gue memang benar!
Setelah bertemu
dengan kakak-kakak semuanya, kami dipersilakan menyanyikan yel-yel dan diberi
sambutan dengan permen susu rasa buah dari Jepang –padahal beli di Pasar Baru
:p- dan datanglah pada acara yang ditunggu-tungguuuuuuuu: makaaaaaaaannn.
Setelah acara yang menguras energy, makan sebungkus berdua pun tetap terasa
nikmat :9
Acara pun
berlanjut dengan shalat Ashar dan kajian dari Ust. Nadi, salah satu senior
alumni Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris yang super militan. Beliau
mengingatkan kami sebagai aktivis dakwah untuk lebih serius dan menguatkan hati
untuk menjalankan amanah. Bahkan kalau perlu persempit tujuan dakwah, yaitu
untuk membuat teman-teman sefakultas mengenakan hijab dan mementoringkan
fakultas. Ust. Nadi pun sempat membuat kami meneteskan air mata karena
kekurangpekaannya kami terhadap sekitar. Well,
that’s the only melancholic moment. Over all, it was pleasant!
Tentunya acara
juga diisi dengan evaluasi dari BPH terhadap kinerja staff FSI-KU secara
keseluruhan. Dan sebagai penutup, ada acara tukar kado –well, I got a drinking bottle!- yang sangat seruuuuu hehehe. Gue
ngasih notes kecil nan unyu buat cewek atau pun cowok. Setelah sesi dokumentasi
selesai, saatnya pulaaaaaaaaang.
Ada satu
kebetulan yang terjadi di dalam Transjakarta yang gue tumpangi bersama
kakak-kakak dan teman-teman lainnya. Saat itu gue duduk di samping ibu muda
berumur kisaran 24 tahun dengan satu anak. Ia sempat memandangi kami-kami yang
berjilbab tebal dan cukup panjang. Kemudian ia nyeletuk, “saya tadinya juga
ingin berjilbab”. Gue langsung menoleh ke si ibu. Beliau tersenyum, kemudian
melanjutkan, “tapi suami saya selingkuh dengan seorang wanita berjilbab”.
Kemudian mengalirlah cerita itu, tentang kehidupan rumah tangganya, suaminya,
anaknya, keluarganya, wanita penghancur rumah tangganya, dll. Gue hanya bisa
mendengarkan sambil sesekali menanggapi, tanpa tahu harus bicara apa. Sesekali
gue memberi nasihat yang sekiranya tidak terlalu terdengar naif. Dalam hati gue
cuma bisa berdoa agar suami si ibu cepat sadar, dan si ibu ditabahkan. Gue juga
berdoa agar beliau memantapkan hatinya agar mau berjilbab tanpa perlu
“menjilbabi hati” terlebih dahulu. Karena memang hijab bukanlah pertanda
keimanan atau akhlak seseorang yang sudah tinggi atau sempurna, tetapi salah
satu jalan atau cara bagi kita para perempuan untuk menyempurnakan keimanan
kita. Wallahualambissowab :) -by: @MutiaRKinasih
No comments:
Post a Comment